Syaefudin

Seorang Pembelajar, Pendidik, dan Penyuka Tempe :)

‘Kartu Sakti’ Virus Shut Out, Benarkah Mengusir Coronavirus?

‘Kartu Sakti’ Virus Shut Out, Benarkah Mengusir Coronavirus?

Oleh: Syaefudin

Dosen di Departemen Biokimia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini tengah menempuh pendidikan doktor bidang Kimia dan Biokimia Senyawa Aktif di Okayama University, Jepang

Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga diri dari ‘serangan’ coronavirus, penyebab COVID-19. Salah satu produk yang sedang ‘nge-hits’ di pasaran adalah virus shout out. Berbentuk seperti kartu, produk ini diklaim mampu mengusir virus. Bahkan, sederet artis ternama tampak memakainya. Benarkah produk tersebut begitu sakti hingga bisa menghalau virus corona?

SARS-CoV-2, coronavirus jenis terbaru penyebab wabah COVID-19 tengah menjadi perhatian dunia. Selain cukup ‘mematikan’, virus yang mulanya ditemukan di Provinsi Wuhan, China tersebut memiliki daya penyebaran yang tinggi melebihi coronavirus pendahulunya, seperti MERS-CoV dan SARS-CoV. Sebagaimana diketahui, MERS-CoV dan SARS-CoV berturut-turut menjadi biang keladi penyakit pernafasan akut Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory System (SARS).

MERS-CoV membutuhkan waktu hingga 2.5 tahun untuk menyebar ke 1000 orang pertama. Selain itu, 80% kasus positif MERS-CoV hanya terjadi di Arab Saudi, tempat pertama kali virus ini dilaporkan. Selebihnya, MERS-CoV ditemukan kasusnya di 27 negara lain. Adapun SARS-CoV, infeksi terhadap 1000 orang pertama memerlukan 130 hari, lebih lama sedikit dibandingkan dengan SARS-CoV-2 yang cuman membutuhkan 48 hari [1,2].

Usaha Menghadang Virus

Berbagai kalangan berupaya menghadang laju paparan coronavirus. Para ilmuwan berlomba mencari vaksin dan obat terbaik untuk mengatasi virus yang telah menjadi pandemi global ini. Begitu pula masyarakat, berupaya menghindari virus dengan membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan sabun, physical distancing hingga mengenakan masker.

0b475c056f64565a749294ece3038cc8.jpg_720x720q80.jpg_ (1)-01Baru-baru ini ada pula yang menggunakan ‘alat ajaib’ berupa ‘pelindung virus’. Di youtube, beberapa artis tampak memakai alat ajaib tersebut. Sejumlah e-commerce besar juga terlihat menjual alat ajaib ini, bahkan ada yang membanderol dengan harga yang tinggi. Di balik klaim yang cukup fantastis dari alat tersebut, sebagian kita patut bertanya: benarkah klaim tersebut? Jika benar, bagaimana cara alat tersebut melindungi pemakainya dari ‘serangan’ virus?

Bahan Aktif, Kunci Memahami Klaim Manfaat

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, cara paling mudah adalah mengamati bahan aktif yang terkandung di dalam produk. Salah satu produk yang marak terlihat di beranda media sosial, Virus Shut Out, mengandung bahan aktif sodium klorit (NaClO2) dan zeolit. Saat digunakan, sodium klorit akan bereaksi dengan udara dan menghasilkan klorin dioksida. Klorin dioksida inilah yang berperan sebagai antivirus dan antibakteri. Sebagaimana yang tertulis di materi promosi, produk ini dikatakan bisa melindungi pemakai hingga sampai 30 hari [3].

Sependek pengetahuan penulis, klorin dioksida (ClO2) memang dikenal sebagai pembasmi kuman (desinfektan). Bahan aktif tersebut biasanya juga digunakan untuk membunuh mikroba di air minum. Oleh sebab itu, beberapa perusahaaan air minum kadang menambahkan ClO2 dengan kadar tertentu saat mengolah air [4,5].

Pada suhu ruangan, ClO2 berbentuk gas dan terbukti efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli [6]. Penelitian lain menunjukkan bahwa ClO2 ampuh membunuh beberapa virus, seperti feline calicivirus (FCV), human inlfuenza virus (IFV), measles virus, canine distemper virus (CDV), human herpesvirus (HHV), human adenovirus (HAd), canine adenovirus (CAd), dan canine parvovirus (CPV) [7,8].

Berkaitan dengan aktivitas antikuman, sebuah jurnal ilmiah melaporkan mekanisme bagaimana klorin dioksida merusak selongsong protein yang dimiliki oleh virus. Penelitian yang sama juga menyimpulkan bahwa pada dosis yang masih ‘aman’ bagi manusia, ClO2 efektif dalam menghambat infeksi virus pada tikus dengan cara menghancurkan selongsong protein virus [9]. Sepertinya, sifat ‘radikal’ klorin oksida inilah yang bisa membuat bakteri dan virus takluk takberdaya. Read the rest of this entry »

Membaca Polemik Vaksinasi Pasca Fatwa MUI

Membaca Polemik Vaksinasi Pasca Fatwa MUI

Syaefudin

Peminat sains populer, bekerja sebagai dosen di Departemen Biokimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral (S3) di Okayama University, Jepang

Fatwa MUI tentang penggunaan vaksin MR buatan Serum Institute of India (SII) telah keluar. Meski seminggu telah berlalu, perang argumen di media sosial masih menemukan jalan buntu. Sanggup kah fatwa MUI meredam perdebatan berkepanjangan ini?

Pasca Fatwa Vaksinasi

Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (KF MUI) telah mengeluarkan fatwa MUI nomor 33 tahun 2018 tentang Penggunaan Vaksin MR (Measles Rubella) Produk dari SII (Serum Institute of India) untuk Imunisasi. Fatwa tersebut menyatakan bahwa vaksin MR yang digunakan oleh pemerintah Indonesia hukumnya haram karena dalam proses pembuatannya memanfaatkan bahan yang berasal dari babi. Meski demikian, fatwa tersebut tidak lantas mengharamkan program vaksinasi yang tengah dijalankan pemerintah. KF MUI membolehkan penggunaan vaksin MR dari SII karena ada kondisi keterpaksaan yang diperbolehkan secara hukum Islam (dharurat syar’iyah).

Sebenarnya, jika persoalan yang muncul dalam perdebatan di masyarakat hanyalah butuh tidaknya fatwa MUI terhadap program vaksin MR yang sedang dilakukan pemerintah, maka fatwa yang keluar kurang dari seminggu lalu ini sudah cukup meredam polemik di masyarakat. Nyatanya, alih-alih menurunkan tensi, fatwa tersebut malah menjadi bahan amunisi baru yang bisa digunakan untuk meningkatkan tensi diskusi.

Pihak yang mendukung vaksinasi (provaks) memandang bahwa fatwa MUI membolehkan pemerintah untuk meneruskan program vaksinasi, meski vaksin yang digunakan memanfaatkan bahan yang bersinggungan dengan babi. Sebaliknya, pihak yang tidak setuju vaksinasi (antivaks) menganggap bahwa fatwa tersebut meneguhkan pendapat mereka bahwa vaksin adalah barang haram. Tak hanya itu, golongan antivaks juga mendesak agar program vaksinasi pemerintah segera dihentikan. Mereka mengabaikan catatan dharurat syar’iyah yang disebutkan dalam fatwa MUI.

Agaknya, pro dan kontra vaksinasi belum mampu dihentikan oleh fatwa MUI; setidaknya dalam waktu dekat. Masyarakat, khususnya pengguna aktif media sosial tidak terpengaruh dengan petuah MUI, pemilik otoritas fatwa atas segala persoalan agama Islam di Indonesia. Tak jarang, perang status dan komentar di media sosial lebih mengarah pada festivalisasi kebencian dan cacian dibandingkan dengan konfirmasi dan klarifikasi atas isu yang didiskusikan. Adapula yang lebih fokus pada pembahasan individu dan kelompok lain, bukan pada substansi yang sedang dibicarakan.

Jika demikian, apa yang sebenarnya diperdebatkan? Read the rest of this entry »

Menangkal ‘Racun’ Miras Oplosan – Sudut Pandang Sains

Menangkal ‘Racun’ Miras Oplosan – Sudut Pandang Sains

Syaefudin

Peminat sains populer, bekerja sebagai dosen di Departemen Biokimia, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di Okayama University, Jepang

Korban Miras Oplosan

miras oplosanBeberapa hari ini, mata dan telinga kita dikejutkan dengan musibah minuman keras (miras) oplosan. Puluhan orang meninggal setelah menenggak miras oplosan. Berdasarkan data yang dikeluarkan Polda Jabar (Rabu, 11 April 2018), korban meninggal mencapai 52 orang tersebar di wilayah Kab. Bandung, Kota Bandung, dan Kab. Sukabumi [1]. Selain itu, ada pula seratusan orang lainnya yang juga turut dirawat pasca ‘pesta’ miras maut [2].

Sebenarnya, kejadian tersebut bukanlah kali pertama terjadi. Beberapa hari sebelumnya miras oplosan juga merenggut nyawa 9 orang di Depok. Pada bulan Januari, korban juga berjatuhan di berbagai tempat seperti di Ciamis (4 orang), Padalarang (9 orang), serta Cikidang (1 orang) [3]. Mirisnya, jatuhnya korban juga tak mengenal waktu. Penghujung Juli 2015, malam lebaran yang identik dengan nuansa sakral keagamaan ternodai dengan pesta miras segerombolan pemuda yang berujung 6 nyawa melayang [4].

Di balik petaka miras oplosan yang merenggut banyak nyawa, sebagian kita mungkin akan bertanya; apa yang terkandung di dalam miras oplosan, bagaimana miras tersebut mampu ‘mencabut’ nyawa peminumnya dalam sekejap? Bagaimana menangkal ‘racun’ miras oplosan? Tulisan ini mencoba memberikan sedikit gambaran jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Read the rest of this entry »

Tugas Belajar (Tubel) PNS Dosen, Persyaratan dan Pengurusan di Institut Pertanian Bogor (IPB)

study abroadKonnichiwa! Bagi yang menemukan link atau atau artikel ini, berarti Anda sudah setengah perjalanan mengurus tugas belajar. Congrats!

Sebelum beranjak mengurus tugas belajar, satu hal yang harus didapatkan terlebih dahulu adalah SP setneg (surat persetujuan penugasan dari kemsetneg). Silakan baca di link mengurus SP Setneg di IPB.

Untuk mendapatkan surat tugas belajar alias tubel, kita harus menyiapkan beberapa dokumen berikut:

  1. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani dari dokter

Saya mendapatkan surat ini dari poliklinik IPB. Jadi, silakan mendatangi poliklinik, antri dan sampaikan bahwa kita memerlukan surat keterangan sehat untuk mengurus tugas belajar. Sebenarnya sebentar, hanya antrinya itu yang agak lama (saran: perhatikan jadwal kedatangan dokter dan kuantitas pengunjung poliklinik). Read the rest of this entry »

Science Facts: Kenapa Hoaks Mudah Menyebar?

Oleh: Syaefudin

Peminat sains populer, bekerja sebagai dosen di Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang menempuh pendidikan doktoral di Okayama University, Jepang

hoaxTanggal Sembilan Maret 2018, Sinan Aral dan kedua rekannya dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, melaporkan bahwa berita palsu atau dikenal dengan istilah ‘hoaks’, menyebar lebih gencar dibandingkan dengan berita yang benar. Menariknya, manusia lah yang berperan lebih besar dalam penyebaran hoaks, bukan robot.

Para peneliti tersebut mengkaji pola penyebaran berita bohong di media sosial, terutama di Twitter. Dengan mengambil sampel kurang lebih 126.000 cuitan berita yang beredar pada tahun 2006 hingga 2017, mereka mendapati bahwa hoaks menyebar lebih cepat, luas, dan jauh dibandingkan dengan berita fakta. Dari semua kategori topik berita, riset tersebut juga menyimpulkan bahwa politik menjadi berita palsu yang paling banyak disebar dibandingkan dengan isu terorisme, bencana alam, sains, hiburan, bahkan bisnis.

Temuan yang dimuat di jurnal ilmiah bergengsi Science ini membuka mata bahwa dunia sedang menghadapi masalah yang tidak sepele. Kebencian, saling curiga, serta keresahan di masyarakat kerap muncul akibat berita palsu. Tak hanya itu, hoaks juga mematikan nalar berpikir logis manusia. Sebagian mereka termakan hoaks, dan pada akhirnya tidak lagi mampu membedakan antara informasi yang benar dan yang salah.

Sebetulnya, jika penyebaran hoaks disebabkan oleh robot; bisa dengan mudah ditangkal pengelola platform media sosial dengan menerapkan algoritma pendeteksi bot. Namun, bila yang memiliki andil besar adalah pengguna media sosial, maka pendekatan terhadap manusia sebagai penyebar adalah lebih tepat dan penting.

Kenapa Mudah Menyebar Hoaks?

Pertanyaan yang kemudian timbul bila hasil di atas adalah, apa saja yang menyebabkan manusia ‘rela’ menyebar hoaks? Read the rest of this entry »

Mengurus SP Setneg, Exit Permit, dan Paspor Dinas di Institut Pertanian Bogor (IPB)

Mengurus SP Setneg, Exit Permit, dan Paspor Dinas di Institut Pertanian Bogor (IPB)

study-abroadBagaimana mengurus SP (Surat Persetujuan) Sekretariat Negara (Setneg), Exit Permit, serta Paspor Dinas bagi dosen (dan mungkin pegawai/staf lain) di lingkungan Institut Pertanian Bogor (IPB)?

Sebenarnya, sudah ada POB alias Prosedur Operasional Baku yang dikeluarkan oleh Direktorat Kerjasama dan Program Internasional IPB. Softfile buku tersebut dapat dibaca di dokumen Prosedur Operasional Baku Program Internasional (klik atau klik kanan dan pilih save as). Di sana, tertera jelas bagaimana cara mengajukan SP setneg, exit permit, dan paspor dinas bagi sivitas IPB. Pengurusan seluruh dokumen tersebut difasilitasi oleh Direktorat Kerjasama dan Program Internasional IPB (KSPI IPB), setidaknya sampai Desember 2016. Hingga pada akhirnya, karena sesuatu dan lain hal (saya tidak mengetahui dasar pertimbangan persisnya), pengurusan SP Setneg, Exit Permit, dan Paspor Dinas bagi dosen di IPB mulai tahun 2017 langsung melalui Direktorat Sumberdaya Manusia (SDM) IPB.

Sebenarnya, bila SOP yang digunakan adalah SOP yang dikeluarkan KSPI IPB, maka perubahannya hanya pada kantor atau unit yang memfasilitasi dokumen tersebut saja. Namun, saat saya (dan teman-teman dosen, yakni Pak Wahyu Ramadhan/THP IPB, Pak Erus Rustami/FIS IPB, Bu Prita Indah Pratiwi/ARL IPB, Pak Ronald Tarigan/FKH IPB) mengurus dokumen-dokumen tersebut pada bulan Juli dan Agustus 2017, ternyata ada perubahan mekanisme pengurusan. Apa saja yang berubah? Read the rest of this entry »

Butir Hikmah di Balik Fakta Ilmiah

Butir Hikmah di Balik Fakta Ilmiah

Butir Hikmah di Balik Fakta Ilmiah

Manusia menjadi bukti betapa Allah SWT begitu cerdas dan penuh perhitungan dalam penciptaan makhluk-Nya. Sel tubuh yang jumlahnya mencapai miliaran adalah mesin kecil dengan peran amat penting bagi keseluruhan makhluk bernama manusia. Di dalamnya terjadi serangkaian proses rumit yang menyebabkan sel mampu ‘hidup’ dan melakukan fungsi kehidupan sendiri. Sel dan peristiwa di dalamnya adalah ciptaan Allah yang sangat mengesankan.

Ketakjuban kita pada makhluk Allah tidak berhenti sampai di sini. Kekaguman akan kita rasakan manakala memerhatikan setiap pernik ciptaan-Nya. Mulai atom yang tak terlihat mata hingga benda-benda angkasa raya. Tanda-tanda kekuasaan Allah SWT tersebut banyak diperlihatkan agar manusia senantiasa berpikir dan mengambil pelajaran.

Buku ini hadir sebagai usaha mengumpulkan untai benang temuan para peneliti tentang kekuasaan Allah, lalu merajutnya menjadi tenun hikmah yang dapat menjadi jalan hidayah. Tak sekedar berisi fakta-fakta ilmiah terkini, gaya bahasa yang mudah dipahami serta menyentuh menjadikan buku ini ringan dibaca oleh beragam profesi.

Buku sains religi ini memuat tema-tema menarik yang lekat dengan keseharian manusia. Dibagi menjadi enam (6) bab besar, buku ini menyajikan tema aktual dan ter-update. Sebut saja tentang ludah, angop, ingus, air mata, dan sederet benda ‘hina’ yang sering ‘dilupakan’ kita. Selain itu, terdapat pula artikel bertopik binatang yang menceritakan rahasia sungut nyamuk hingga cara bicara semut. Bacaan di dalamnya semakin kekinian karena mengangkat tema teranyar seperti bukti ilmiah tentang jomblo, fenomena ‘om telolet om’, dan bahkan hoaks.

Semoga buku ini menjadi pengingat kita agar senantiasa bertafakur dan bersyukur atas semua ciptaan dan pemberian Allah SWT.

Salam,

Syaefudin – Penulis

Komentar beberapa pembaca:

“Worth reading book. Lembar demi lembar buku ini tak hanya menjadikan pembaca semakin berwawasan, tapi juga semakin beriman. Tak hanya sistematis dan bahasa yang mudah dicerna, karya ini menjelaskan tiap tema secara logis berdasarkan temuan-temuan ilmiah”

– Dr. Eng. Obie Farobie,
Associate Professor di Hiroshima University, Jepang

“Membaca buku ‘Butir Hikmah dalam Fakta Ilmiah’ bagaikan menikmati oase di tengah keringnya buku sains yang mencerahkan di Indonesia. Syaefudin dengan luwes menyampaikan fakta-fakta ilmiah di sekitar kita dalam gaya bahasa yang mudah dipahami siapa saja terlepas berapapun usia mereka. Tak hanya itu, dia mengajak kita berpikir dengan logika yang mengalir, yang akhirnya sampai pada
muara keimanan kita pada Tuhan Yang Maha Esa. Saya merekomendasikan buku ini bagi siapa saja yang ingin belajar tentang sains sembari mengasah “sense of wonder” mereka tentang ciptaan Allah SWT”

– Dyna Rochmyaningsih,
Jurnalis Sains di SciDev.net dan Nature

“Brilliant! Jarang sekali ada buku seperti ini yang mampu menjelaskan fenomena ilmiah kompleks menjadi sederhana dan lebih mudah dimengerti!”

– Danang Ambar Prabowo PhD,
Peneliti di Red Sea Research Center,
King Abdullah University of Science and Technology (KAUST),
Saudi Arabia

“Tulisan-tulisannya membuat sesuatu yang rumit menjadi sederhana. Mengingatkan para pembaca bahwa ada makna dan hikmah di setiap proses dalam tubuh kita, bahkan di tingkat terkecil dalam tubuh, sel. Mengingatkan para pembaca untuk bersyukur dan menghargai yang diberikan Tuhan. Bahwa
proses ‘sepele’ di dalam tubuh berkontribusi besar dalam kelangsungan hidup kita”

– Rizka Oktarianti,
Mahasiswa di Wageningen University, Belanda

“Cocok dibaca para jomblo biar gak terus-terusan baper. Ringan dibaca, sarat ilmiah, penuh hikmah dan gokil abis seperti penulisnya”

– Dr. Edi Sukur M.Eng,
Direktur PT Edwar Technology

“Ide bukunya menarik banget, memopulerkan fakta-fakta ilmiah ditambah dengan hikmah sesuai dalam Al Qur’an”

– Deslaknyo Wisnu Hanjagi,
Strategic Communicator for Innovation and Technology Transfer, CTECH Laboratory

Pesona dan Misteri Warna Momiji

Pesona dan Misteri Warna Momiji

Oleh: Syaefudin*

Dosen di Departemen Biokimia, Institut Pertanian Bogor

Salah satu fenomena menarik pada saat musim gugur adalah berubahnya warna daun dari hijau menjadi kuning dan kemerahan. Siapa sangka di balik warna daun yang indah memesona, tersimpan keindahan takdir Sang Pencipta.

Hofuku-ji Temple, Soja, Okayama Perfecture, JepangMomiji adalah sebutan bagi pohon maple Jepang (Acer palmatum) yang telah berubah warna daunnya menjadi merah. Di negara matahari terbit, kooyoo menjadi istilah yang lebih umum digunakan untuk menyebut pohon yang telah berubah warna daunnya. Selain maple, pohon lain yang mampu mengubah warna daunnya antara lain Ginkgo biloba (pohon rambut gadis) dan ek merah (Quercus rubra). Selain hasilnya yang menarik perhatian, perubahan warna daun ini juga terjadi pada musim tertentu saja.

Keindahan warna daun saat momiji menjadi salah satu pertanda musim gugur (autumn). Saking menawannya, banyak orang berwisata dengan agenda utama ‘berburu’ pohon maple dan sejenisnya. Entah sekedar untuk melihat-lihat; atau mengabadikan keindahan warna daun melalui jepretan kamera. Kebiasaan mencari keindahan warna daun ini dikenal dengan istilah momijigari (momiji=pohon maple yang daunnya merah, gari=berburu). Di beberapa wilayah Jepang, bahkan ada perayaan khusus menyambut musim gugur dan bersuka-cita menikmati kemegahan fenomena alam.

Bila kita memerhatikan lebih rinci, sejatinya yang mengagumkan tidak hanya warna daun yang beragam. Namun, bagaimana daun ‘diubah’ dari warna hijau ke kuning, merah, atau ungu adalah peristiwa yang amat mengesankan. Tak hanya itu, fenomena momiji yang disusul dengan gugurnya daun-daun maple mengundang tanya tersendiri. Kenapa daun-daun itu berubah warna, bagaimana cara mengubahnya, dan mengapa harus jatuh ke tanah setelah tampak berubah indah? Siapakah yang mengatur peristiwa ini? Read the rest of this entry »

Sajak Perjalanan, Kutitipkan…

Kutitipkan, …

petaniKutitipkan orang-orang yang dulu tangannya menjadi tanganku, kakinya menjadi kakiku, serta lisannya senantiasa menanamkan kebaikan dan keberanian kepadaku untuk tetap meraih mimpi.

Kutitipkan dua pria yang taklagi muda; yang dulu gagah perkasa menjagaku, mengajarkan mencangkul dan dan memotong kayu, memancing ikan dan memanah burung agar anak yang taklagi beribu cukup asupan gizi pengganti susu.

Kutitipkan mereka yang hanya tamat sekolah dasar; satu karena hidup takmenentu di masa pendudukan Belanda dan Jepang, satu lagi memutuskan tidak melanjutkan sekolah lantaran bekerja agar adik-adiknya tetap berpendidikan.

Kutitipkan mereka yang sampai kini tetap rajin bangun malam, sholat dan berharap anak semata wayang sehat sentosa, mencapai sukses, dan memegang teguh keimanan.

Kutitipkan pria-pria berambut putih, yang tiap pagi pergi ke sawah, menyapa jengkal demi jengkal lahan meski takmampu mereka tanam akibat kekeringan.

Kutitipkan mereka yang tak lagi berpikir mencari penghidupan lain; karena bagi mereka sawah adalah tempat mereka dibesarkan, tempat mengenang masa romantis dengan perempuan yang telah dahulu menghadap Pemilik Kehidupan.

Kutitipkan orang yang dahulu menahan lapar karena menyisihkan uang makan agar mampu menyekolahkan. Yang dulu tetap sabar ketika anaknya yang baru lulus meminta maaf belum bisa memberi pecingan.

Kutitipkan keyakinan; bahwa mereka selalu dalam penjagaan dan lindungan Sang Maha Perkasa, yang penjagaan dan kasih-Nya lebih baik dari manusia; bahwa mereka senantiasa bahagia karena harapan-harapan yang optimis terwujudkan di masa depan.

Kutitipkan mereka, yang disebut Kakek dan Bapak.

Perjalanan Kereta, 24 Sept 2017

Sumber gambar:

Psst…..Semut Bisa Bicara!

Oleh: Syaefudin

Meski dikenal sebagai binatang pengganggu, semut menyimpan rahasia kecerdasan yang mengagumkan. Mulai kebiasaan disiplin ‘antri’ saat membawa makanan, hingga rapinya pembagian tugas antar semut ketika dalam rombongan. Bahkan, penelitian terbaru melaporkan bahwa semut juga mampu berbicara layaknya manusia.

Hewan mungil iant3ni dikenal karena aksi gigitan atau sengatan yang menyakitkan. Meski sebagian besar tidak berbahaya, gigitan semut kadang menimbulkan bekas berupa bentol. Tak hanya itu, sewaktu mengigit sang semut juga menyemburkan cairan kimia yang disebut asam format, yakni sejenis racun perusak, ke dalam luka. Beberapa jenis semut api menghasilkan senyawa kimia alkaloid piperidina yang mampu memberi rasa pedas terbakar. Sebagian kecil semut juga mampu mengeluarkan bahan kimia berbahaya seperti fosfolipase dan hialuronidase yang dapat menghancurkan kulit dan menimbulkan bengkak.

Di sisi lain, sampai saat ini sudah tercatat ada 12.000 jenis semut yang berkeliaran di planet bumi. Sebagian besar semut hidup di hutan tropis, sebagian lagi menyebar di berbagai tempat di bumi seperti di gundukan tanah, di bawah lantai, dan di tangkai pohon. Saking banyaknya, sebagian peneliti memperkirakan bila semut di seluruh bumi yang jumlahnya bisa mencapai triliunan dikumpulkan maka berat badannya akan menyamai bobot manusia sejagat! Read the rest of this entry »