‘Kartu Sakti’ Virus Shut Out, Benarkah Mengusir Coronavirus?
‘Kartu Sakti’ Virus Shut Out, Benarkah Mengusir Coronavirus?
Oleh: Syaefudin
Dosen di Departemen Biokimia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini tengah menempuh pendidikan doktor bidang Kimia dan Biokimia Senyawa Aktif di Okayama University, Jepang
Berbagai upaya dilakukan untuk menjaga diri dari ‘serangan’ coronavirus, penyebab COVID-19. Salah satu produk yang sedang ‘nge-hits’ di pasaran adalah virus shout out. Berbentuk seperti kartu, produk ini diklaim mampu mengusir virus. Bahkan, sederet artis ternama tampak memakainya. Benarkah produk tersebut begitu sakti hingga bisa menghalau virus corona?
SARS-CoV-2, coronavirus jenis terbaru penyebab wabah COVID-19 tengah menjadi perhatian dunia. Selain cukup ‘mematikan’, virus yang mulanya ditemukan di Provinsi Wuhan, China tersebut memiliki daya penyebaran yang tinggi melebihi coronavirus pendahulunya, seperti MERS-CoV dan SARS-CoV. Sebagaimana diketahui, MERS-CoV dan SARS-CoV berturut-turut menjadi biang keladi penyakit pernafasan akut Middle-East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory System (SARS).
MERS-CoV membutuhkan waktu hingga 2.5 tahun untuk menyebar ke 1000 orang pertama. Selain itu, 80% kasus positif MERS-CoV hanya terjadi di Arab Saudi, tempat pertama kali virus ini dilaporkan. Selebihnya, MERS-CoV ditemukan kasusnya di 27 negara lain. Adapun SARS-CoV, infeksi terhadap 1000 orang pertama memerlukan 130 hari, lebih lama sedikit dibandingkan dengan SARS-CoV-2 yang cuman membutuhkan 48 hari [1,2].
Usaha Menghadang Virus
Berbagai kalangan berupaya menghadang laju paparan coronavirus. Para ilmuwan berlomba mencari vaksin dan obat terbaik untuk mengatasi virus yang telah menjadi pandemi global ini. Begitu pula masyarakat, berupaya menghindari virus dengan membiasakan diri untuk mencuci tangan dengan sabun, physical distancing hingga mengenakan masker.
Baru-baru ini ada pula yang menggunakan ‘alat ajaib’ berupa ‘pelindung virus’. Di youtube, beberapa artis tampak memakai alat ajaib tersebut. Sejumlah e-commerce besar juga terlihat menjual alat ajaib ini, bahkan ada yang membanderol dengan harga yang tinggi. Di balik klaim yang cukup fantastis dari alat tersebut, sebagian kita patut bertanya: benarkah klaim tersebut? Jika benar, bagaimana cara alat tersebut melindungi pemakainya dari ‘serangan’ virus?
Bahan Aktif, Kunci Memahami Klaim Manfaat
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, cara paling mudah adalah mengamati bahan aktif yang terkandung di dalam produk. Salah satu produk yang marak terlihat di beranda media sosial, Virus Shut Out, mengandung bahan aktif sodium klorit (NaClO2) dan zeolit. Saat digunakan, sodium klorit akan bereaksi dengan udara dan menghasilkan klorin dioksida. Klorin dioksida inilah yang berperan sebagai antivirus dan antibakteri. Sebagaimana yang tertulis di materi promosi, produk ini dikatakan bisa melindungi pemakai hingga sampai 30 hari [3].
Sependek pengetahuan penulis, klorin dioksida (ClO2) memang dikenal sebagai pembasmi kuman (desinfektan). Bahan aktif tersebut biasanya juga digunakan untuk membunuh mikroba di air minum. Oleh sebab itu, beberapa perusahaaan air minum kadang menambahkan ClO2 dengan kadar tertentu saat mengolah air [4,5].
Pada suhu ruangan, ClO2 berbentuk gas dan terbukti efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli [6]. Penelitian lain menunjukkan bahwa ClO2 ampuh membunuh beberapa virus, seperti feline calicivirus (FCV), human inlfuenza virus (IFV), measles virus, canine distemper virus (CDV), human herpesvirus (HHV), human adenovirus (HAd), canine adenovirus (CAd), dan canine parvovirus (CPV) [7,8].
Berkaitan dengan aktivitas antikuman, sebuah jurnal ilmiah melaporkan mekanisme bagaimana klorin dioksida merusak selongsong protein yang dimiliki oleh virus. Penelitian yang sama juga menyimpulkan bahwa pada dosis yang masih ‘aman’ bagi manusia, ClO2 efektif dalam menghambat infeksi virus pada tikus dengan cara menghancurkan selongsong protein virus [9]. Sepertinya, sifat ‘radikal’ klorin oksida inilah yang bisa membuat bakteri dan virus takluk takberdaya. Read the rest of this entry »